Everything is Spesial


Minggu, 09 Oktober 2011

CERITA (bersambung...)

HIKMAH


Awan sudah mulai terlihat memerah, pertanda senja kan segera datang, namun aku masih tetap setia di dalam angkot. Memang perjalannan dari MTs ku menuju rumah harus ditempuh lama sekitar 45 menit naik angkutan umum dan 25 menit jika dengan sepeda motor. Aku hanya diam di dalam angkot, penumpang dalam angkot itu tinggal dua orang. Sebenarnya aku malas setiap hari harus seperti ini, karena angkot yang aku naiki hanya lewat setiap 30 menit. Huft, coba aku boleh membawa sepeda motor sendiri, rutukku dalam hati. Sesampainya di rumah aku langsung menggelepar di atas kasur, lelah sekali rasanya, jam telah menunjukkan pukul 17.15 berarti 15 menit lagi akan terdengar adzan magrib di Malang, aku bergegas mengambil handuk dan menuju kamar mandi. Setelah menjalankan banyak ritul didalm kamar mandi aku merebahkan tubuh di sofa sembari menunggu adzan. Setelah adzan berkumandang aku segera melaksanakan shalat magrib. Ketika sedang berdoa tiba-tiba HP ku berdering pertanda ada sms masuk. Segera ku buka kotak masuk ku. Ah, ternyata dari Intan.
Eh, Rid. Qta ber4 keterima loh di Insan Cendekia.
Aku sama kamu keterima di Serpong trus Sammy sama Alfi keterima di Gorontalo.


Aku sangat tercengang membaca sms itu, setengah bahgia setengah tidak. Rencana ku kan melanjutkan di Taruna Nusantara atau Singapore Schoolarship bukan di Insan Cendekia. Lalu, aku memberitakan hal ini kepada ibuku dan ia senang bukan main.
“Alhamdulillah bisa keterima di Insan cendekia, cepetan sana telepon bapakmu!”
Lalu, aku segera memberitahu ayahku kabar ini.
“pak, aku keterima di Insan Cendekia Serpong”
“Alhamdulillah, siapin nak semua berkas yang dibutuhin. Ntar kirim ke bapak. Nanti bapak yang nganterin berkasnya kesana”
“iya”
Aku merasa kesal, kenapa orang tuaku ingin sekali aku kesana, padahal bukannya lebih enak dapat Singapore Schoolarship daripada beasiswa dari Departemen Agama. Aku benar-benar meras bingung, disatu sisi aku senang karena orang tuaku memang berharap aku masuk sana, atpi disisi lain aku gak rela masuk sana karena ak pingin sekolah di Singapore saja. Tapi apa boleh buat, amak aku segera mempersiapkan berkas-berkas yang perlu diajukan.


*****


Setelah semua berkas beres aku tinggal menunggu tanggal daftar ulang. Hari itu aku memutuskan untuk jalan-jalan bersama Intan.
“Tan, kamu seneng keterima di insan Cendekia?”
“seneng bangetlah, itu kan sekolah yang udah aku damba-dambakan. Emang kenapa? Kamu gak suka?”
“bukan gitu sih, aku agak gak sreg aja, kan aku udah planning mau ke Singapore”
“udah deh terima aja. pasti ada hikmahnya kok”
Aku memikirkan perkataan Intan, ada benarnya juga. tapi ...


bersambung ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar