Everything is Spesial


Selasa, 11 Oktober 2011

Tugas Cerpen B.Indo

Ilusi Nyata
Karya: Atika Rifda


Malam ini begitu sunyi. Aku bisa mendengar bunyi desiran angin yang sedang lewat dan seakan mengajakku bicara. Ini malam pertama aku berada di gedung H. Dan malam ini aku tidak bisa tidur, padahal dari pagi hingga siang tadi badanku pasti lelah sekali karena membersihkan kamar plus asrama. Aku mencoba untuk menutup mata agar tertidur tapi sudah dua puluh menit berlalu dan aku belum bisa tidur atau mengantuk sedikitpun. Di saat aku mulai tertidur secara tidak sadar tiba-tiba terdengar bunyi berderit, aku langsung membuka mata dan mengamati sekelilingku. Tidak ada apa-apa, bulu kudukku merinding, buru-buru aku menutup mata berusaha tidur dan tidak memerdulikan suara yang aku dengar. Aku lupa bagaimana aku bisa tertidur, saat itu aku terbangun karena mendengar adzan subuh. Aku segera mengambil air wudhu dan berangkat ke masjid Di gedung H ini, memang sebelah kamarku adalah kamar kosong, kamar itu sudah tidak ditempati selama enam tahun. Setiap berangkat dan pulang dari sekolah ataupun masjid aku selalu melewati kamar itu. Entah mengapa setiap aku melewati kamar itu seperti ada seseorang yang memanggilku. Suatu malam saat aku dan teman-teman sedang mengobrol.
“eh, kalian pada tau gak! Kamar kosong sebelah kamar Ririd itu serem loh!” Monic memulai pembicaraan
“kata siapa? Emang ada apa di kamar itu?” tanya Vynda penasaran
“katanya dulu ada kejadian gitu, tapi aku balum tau cerita lengkapnya.” jawab Monic
“eh Rid, kamu gak pernah ngerasa serem gitu apa?” tanya mereka
“enggak kok.” balasku bohong
Sebenarnya aku ingin menceritakan kejadian semalam, tapi aku takut kalau itu hanya ilusiku saja, aku kan sering membayangkan hal yang aneh-aneh. Namun, aku berusaha untuk melupakan kejadian itu dan melalui hari-hari seperti biasa.

*****
Kejadian itu benar-benar sudah kulupakan. Dan aku menganggap itu hanya ilusiku saja, hingga suatu saat ketika tengah malam aku terbangun untuk ke kamar mandi, saat keluar dari kamar mandi seperti ada suara yang memanggilku di kamar sebelah. Aku berjalan keluar kamar tanpa sadar dan ketika sampai di depan pintu aku mengetuk pintu kamar sebelahku itu. Dan tidak ada suara balasan namun ada kertas tertempel di pintu itu. Aku mengambil kertas itu dan kembali ke kasur untuk melanjutkan tidur. Saat aku terbangun aku merasa itu hanya mimpi. Namun, kertas yang semalam aku ambil masih ada ditanganku. Rasanya aku ingin membuang kertas itu, namun rasa penasaranku lebih besar ketimbang rasa takutku dan ketika aku buka kertas yang terlipat itu, di dalamnya tidak terdapat tulisan apapun. Aku kesal dan membuangnya ke kolong kasur.

*****
Saat berangkat sekolah entah mengapa aku merasakan firasat yang buruk. Tapi, aku berusaha membuang perasaan itu. Semua hal janggal yang aku alami belum aku ceritakan ke siapa pun termasuk sahabat baikku Denna. Hingga suatu pagi Denna merasakan perubahan pada diriku, ia merasa kalau aku jadi pendiam.
“Rid, kamu kenapa sih? Kok kayaknya akhir-akhir ini berubah jadi diem gitu. Ada masalah apa? Cerita dong!”
Aku bingung, haruskah aku menceritakan kejadian yang kualami pada Denna. Aku merasa kejadian itu hanya aku saja yang harus tahu. Dan tidak melibatkan orang lain.
“gak apa-apa kon Den. Aku lagi bad mood aja.”
“beneran gak apa? Ntar kalu ada apa-apa cerita ke aku yah!”
Sebenarnya aku tidak tega membohongi Denna apalagi dia temanku dari sd. Lima menit kemudian bel masuk berdering, aku bergegas menuju kelas. Aku berlari menuju kelas biologi. Di kelas Bu Elfi sedang menjelaskan tentang Substansi Genetika. Huft, ingin rasanya aku tidur. Aku menahan kantukku yang amat berat. Bu elfi terus saja mengoceh.
“dalam sintesis protein terdapat proses inisiasi, translasi, dan transkripsi. Dalam proses translasi terdapat tiga tahap, yaitu ...”
Bla bla bla. Mataku sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Ocehan Bu elfi bagaikan dongeng pengantar tidur. Mataku hanya tersisa lima watt dan aku pun tertidur di kelas. Dalam tidurku aku bermimpi bertemu seorang anak perempuan berbaju merah, ia mengajakku untuk kembali ke asrama. Aku menerima saja tawaran itu, lebih baik aku tidur di kamar daripada di kelas. Aku mengikuti perempuan berbaju merah itu saat aku melewati kamar kosong sebelah kamarku warna pintu itu berubah menjadi merah. Aku bertanya pada perempuan itu.
“ini kamar kamu? Warna pintunya emang merah yah? Perasaan kemaren-kemaren warnanya sama kayak pintu kamar yang lain”
“memang aslinya warna merah. Besok kamu liat deh pasti masih warna merah”
Dan tiba-tiba ia menghilang begitu saja, aku kaget. Kemana perginya perempuan baju merah itu. Aku berusaha untuk kembali ke kelas, namun aku tidak menemukan jalan kembali kesana. Jalan yang biasanya ku lalui untuk menuju ke kelas berbeda, aku tidak mengenal jalan ini. Jadi, bagaimana aku kembali ke kelas. Aku terus berusaha menelusuri jalan itu. Tiba-tiba aku merasa seperti ada yang menguntitku, aku berlari dengan kencan tanpa ada arah yang jelas. Penguntit itu juga berlari mengejarku, aku ingin menangis rasanya. Aku benar-benar merasa ketakutan. Ketika si penguntit itu hampir menangkapku. Aku terbangun dari tidurku. Ternyata aku masih berada di kelas biologi.
“Rid, ayo! Sekarang jam pelajaran SKI. Bel udah bunyi dari tadi tau. Tidur udah kayak kebo aja gak denger bel!”
Aku buru-buru membereskan buku-buku biologiku dan bergegas menuju kelas SKI. Aku masih merasa merinding dengan mimpiku tadi, mimpi itu terasa nyata karena ketika aku terbangun tadi, nafasku tersengal. Di kelas SKI aku berusaha untuk tidak tertidur walaupun Pak Mabrur mengoceh ngalor-ngidul tentang kerajan-kerajan Islam di Indonesia. Bel pulang telah berbunyi, aku bergegas membereskan buku dan kembali ke asrama sebelum divisi disiplin mencegatku di jembatan. Ketika aku melewati kamar kosong itu, pintu kamar itu memang berwarna merah. Aku segera mengambil buku intensif di kamar dan bergegas ke kelas untuk intensif. Di kelas ketika di kelas Pak Lulus guru matematikaku belum datang. Seperti biasa ank perempuan berkumpul untuk menggosip.
“eh sekarang aku udah tau lho dongeng kamar kosong sebelah kamar Ririd!” ucap Monic memulai percakapan
“emang kenapa?” kata Vynda tidak sabar
“jadi sebenernya kamar itu dulu gak kosong, tapi berpenghuni. Nah pas angkatan 6 ada anak cewek namanya Surti. Nah si Surti itu takut banget sama cicak. Pas itu temen-temennya lagi iseng. Trus dia dikunciin di dalem kamar itu. Di dalem kamar itu emang banyak banget cicak. Si Surti udah teriak gak karuan tuh di dalem kamar, tapi temen-temennya malah ketawa-tawa di luar. Setelah 15 menit baru tuh kamar dibuka. Eh, pas dibuka si Surtinya udah dalam keadaan gak bernyawa.”
“emang sampe segitunya yah? Masa takut ama cicak ampe mati!?”
“yah mana aku tau! Itu juga cerita dari tetangga ku yang udah alumni.”
Lalu, aku teringat perempuan berbaju merah itu. Jangan-jangan dia adalah Surti. Dan aku teringat oleh pintu yang berwarna merah itu.
“eh, emang pintu kamar kosong sebelah ku warnanya merah yah?”
“enggak, mana ada pintu kamar yang warnya beda. Semuanya sama kok warna coklat.” jawab Denna
Sungguh, aku sangat bingung. Apa hanya aku saja yang melihat pintu yang berwarna merah itu. Pikiranku melesat kemana-mana.

*****
Akhir-akhir ini aku sering melamun. Banyak hal yang telah terjadi dan tak dapat diterima oleh akal sehatku. Selama seminggu aku hanya diam, aku merasakan kekosongan karena tidak ada satupun temanku yang mengalami hal aneh sepertiku. Namun, dalam diamku itu tidak ada hal janggal terjadi hingga suatu malam ketika aku merebahkan diri di kasur dan mencoba tidur. Perempuan berbaju merah itu mendatangiku. Ia mengajakku ke kamarnya, anehnya aku tak menolak ajakannya. Suasana kamar itu sangat suram, banyak hiasan berwarna merah. Sepertinya anak ini suka warna merah, batinku. Lalu ia mendekatiku dan bertanya.
“kamu takut gak sama cicak?”
“ah, aku sih takut semua hewan. Mau cicak kek, kecoa kek. Kupu-kupu yang kata orang cantik aja aku takut. Semut yang kecil aja aku ogah.”
“kalau hewan-hewan itu mendekati kamu, kamu gak ketakutan?”
“yah pasti takutlah. Tapi juga paling aku lari atau teriak.”
“kalau udah teriak dan gak bisa lari kamu mau ngapain?”
Pertanyaan anak perempuan itu membuatku takut, tiba-tiba bulu kudukku merinding, aku merasakan firasat buruk akan terjadi. Ku lihat sekelilingku, banyak cicak bermunculan. Aku bertanya pada perempuan berbaju merah itu.
“kenapa kamu ngajak aku kesini?
“biar kamu ngerasain apa yang aku rasain!“ katanya to the point.
Cicak-cicak itu berubah menjadi monster yang menyeramkan. Mereka mempunyai taring setajam jarum, badan mereka berlendir dengan tinggi sekitar dua meter. Lidah mereka menjulur-julur ingin menjilatku. Aku berusaha berteriak, tetapi suaraku tidak bisa keluar. Aku mencari benda yang bisa kugunakan sebagai pelindungku. Aku melihat ada garpu, aku mengambilnya dan menusukkan ke tubuh cicak-cicak itu dengan jijik. Darah mereka muncrat ke dinding kamar. Rasanya aku ingin mati dan ajal sudah dekat, para cicak itu mencengkramku dengan kuat hingga lenganku berdarah, aku meringis kesakitan. Aku terus memberontak berusaha melepaskan diri dan mencari jalan keluar. Lalu aku bertanya pada perempuan baju merah itu.
“apa kejadian aneh yang aku alami semuanya adalah perbuatan kamu?”
“iya, itu semua perbuatanku. Kamu mirip sekali dengan temanku yang dulu mengunciku di kamar ini. Maka dari itu aku ingin balas dendam.”
“tapi aku bukan pelaku yang menguncimu!! Kita tidak pernah saling kenal.”
“aku tidak peduli! Yang penting aku bisa membalaskan dendamku!”
Aku sudah tak berdaya. Aku hanya bisa pasrah. Ketika aku dalam kepasrahanku terdengar bunyi debuman yang keras. Ternyata itu adalah sebuah kipas angin yang sangat besar dan kipas angin yang besar itu jatuh tepat diatas cicak-cicak itu, mereka mati dengan badan hancur. Aku jijik dan ingin muntah melihatnya. Aku keluar dari kamar itu dan mencari jalan kembali ke kamar, ke dunia nyataku. Namun, di tengah pencarianku mencari jalan pulang, aku sudah tidak kuat lagi untuk berjalan, aku tergelatak lemas di jalan dan tak berdaya. Kemudian aku pingsan tak sadarkan diri.

*****
Ketika aku tersadar, ternyata aku masih di atas kasurku. Ku lihat sekelilingku, tak ada yang berubah. Namun, aku merasa hawa menjadi panas. Saat ku lihat ke sudut kamar, ternyata kipas anginku jatuh dan dibawahnya ada tiga cicak yang tergencet. Aku segera melihat lenganku. Dan ... bekas cengkraman itu masih ada dan masih terasa sakit. mimpi itupun terasa NYATA ...

1 komentar: